1. Pembangunan yang sekarang sedang
marak adalah pembangunan yang hanya bersifat sementara. Dengan tuntutan
globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan jaman tanpa melihat prospek
kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan asal jadi, budaya konsumtif
telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedang
sebenarnya, hakikat pembangunan adalah pembangunan yang berkelanjutan yang
tidak parsial, instan dan pembangunan kulit. Maka, dengan adanya konsep
Sustainable Development yang kemudian disebut SD akan berusaha memberikan
wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan,
generasi yang akan datang. Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global
menjadi topic permasalahan yang mencuat akhir-akhir ini. Dalam dunia arsitektur
muncul fenomena sick building syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak
nyamanan karena kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati
yang mempengaruhi produktivitas penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk,
dan pencahayaan alami kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya:
emisi ozon mesin fotocopy, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dsb.
Selain karna adanya pemanasan global, penciptaan atau inovasi energi yang terbarukan
juga menjadi latar belakang timbulnya konsep green architecture. Sampai pada
akhirnya timbul konsep Green Building. Gedung Hemat Energi atau dikenal dengan
sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah
antisipasi terhadap perubahan iklim global. Gedung Hemat Energi atau dikenal dengan
sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah
antisipasi terhadap perubahan iklim global. Dengan konsep hemat energy yang
tepat, konsumsi energi suatu gedung dapat diturunkan hingga 50%, dengan hanya
menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya. Beberapa sudut pandang dapat
dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut diantaranya adalah aspek Passive
Design, Active Design, Kondisi Udara Ruangan, Management, serta Service &
Maintenance. Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau
menambah tanaman lebih banyak di sebuah memberdayakan arsitektur atau bangunan
agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru,
menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya. Ada beberapa rating tools didunia yang resmi misalnya :
-
assessment
standard for green building of china
Dengan urbanisasi dan
industrialisasi yang cepat, Cina sekarang menghadapi tantangan besar dalam
memenuhi permintaan yang meningkat akan bangunan baru dan konsumsi energi yang
sesuai. Dalam keadaan seperti itu, penetapan standar nasional pada bangunan
hijau akan menjadi cara yang efektif untuk merespons. Faktanya, Cina telah
membuat kemajuan signifikan dalam mengembangkan standar bangunan hijau
nasional. Tetapi kemajuan seperti itu tidak secara eksplisit dirilis ke
masyarakat internasional. Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk
memperkenalkan kemajuan tersebut. Upaya pembangunan gedung hijau Tiongkok
pertama kali dibahas secara rinci dengan berbagai ketentuan sistem indikator
nasional. Dengan melakukan perbandingan dengan standar bangunan hijau negara
lain, disajikan analisis kritis terhadap standar nasional tersebut.
Perbandingan menunjukkan manfaat yang akan diperoleh dan tantangan yang harus
dipenuhi, seperti kurangnya indikator dalam menanggapi perubahan iklim,
kurangnya indikator spesifik wilayah, kurangnya indikator kuantitatif, biaya
yang lebih tinggi untuk menerima sertifikasi dan kurangnya penerapan teknologi
hijau yang inovatif. Jadi, revisi substantif sangat dibutuhkan. Pengetahuan
yang diperoleh dari upaya Cina pada indikator bangunan hijau sangat berharga
bagi negara maju dan berkembang yang ingin menerapkan langkah-langkah
pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan peraturan mereka. Hak Cipta © 2012
John Wiley & Sons, Ltd dan Lingkungan ERP.
-
Casa
(Colombia)
Di antara kekuatan
alternatif ini adalah konsep keberlanjutannya komprehensif karena mencakup
spektrum praktik terbaik yang luas dan relevan, masalah lingkungan dan
mempromosikan kesejahteraan dan tanggung jawab sosial. Di antara berbagai
alternatif ini, Referensi CASA Kolombia berbeda, oleh di satu sisi, dengan
mengundang industri konstruksi Kolombia untuk menaikkan derajatnya ambisi
mengenai tingkat keberlanjutan proyek real estat perumahan Di sisi lain,
Referensi CASA menunjukkan peraturan nasional yang relevan dan merenungkan
konsep-konsep seperti kesejahteraan pengguna, inklusi sosial, pendidikan
pekerja dan penduduk, dan promosi praktik terbaik selama bekerja, di antara
aspek-aspek lainnya. Di bawah ini tercantum beberapa aspek highlight yang
diperlakukan oleh referensial:
A. Promosi lingkungan yang sehat
melalui penggunaan strategi Ventilasi dan pencahayaan alami.
B. Inklusi sosial masyarakat sekitar,
dampak positif pada ekonomi lokal melalui pelatihan teknis dan profesional
pasukan pekerjaan.
C. Peningkatan praktik pembuatan bahan
dan proses konstruktif dari proses desain integratif.
D. Artikulasi dengan peraturan nasional
dan lokal.
E. Menghasilkan dan memantau data
operasional bangunan, untuk memfasilitasi evolusi baseline kinerja dari waktu
ke waktu, antara lainnya.
-
Singapure
Green Building Product/Services Sertification.
Satu-satunya
skema sertifikasi industri-sentris untuk produk dan bahan bangunan hijau, skema
sertifikasi Produk Bangunan Hijau Singapura (SGBP) bertujuan untuk mengumpulkan
dan mengumpulkan berbagai pilihan bahan bangunan hijau untuk industri melalui
metodologi yang komprehensif dan holistik. Bekerja dalam kolaborasi dengan
sektor publik dan swasta, kriteria keberlanjutan setiap produk dirancang oleh
para profesional dan pakar untuk industri, oleh industri. Metodologi yang
membumi ini memungkinkan produk bangunan dievaluasi secara tidak memihak untuk
kualitas relevan dan penting mereka, dibandingkan dengan produk serupa dalam
kategorinya. Sebagai hasil langsung dari penekanan pada penerapan industri ini,
skema sertifikasi SGBP sangat diakui di bawah Skema Marka Bangunan Hijau dan
Otoritas Konstruksi (BCA), yang memungkinkan produk-produk bersertifikat untuk
memperoleh poin tambahan yang diperhitungkan pada peringkat keberlanjutan
proyek yang akhirnya.
Dalam kriteria Skema Mark Hijau untuk Bangunan
Baru (Non-Hunian) 2015, di bawah Bagian 3.02c Produk Berkelanjutan, produk
bersertifikat SGBP yang ditentukan dan digunakan dapat mencetak poin di bawah
Kriteria Sistem Fungsional dan / atau Produk Berkelanjutan Tunggal di luar
Kriteria Sistem Fungsional. , hingga maksimal 8 poin. Sistem Fungsional terdiri
dari sistem Lantai, Plafon, Atap, Dinding Eksternal, Dinding Internal dan Pintu;
Produk Berkelanjutan Singular di luar Sistem Fungsional mencakup produk
Hardscape dan Building Services. GREENSHIP terbagi atas enam kategori
yang terdiri dari :
a. Tepat Guna Lahan - Appropriate Site
Development (ASD)
b. Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy
Efficiency & Conservation (EEC)
c. Konservasi Air - Water Conservation
(WAC)
d. Sumber & Siklus Material -
Material Resources & Cycle (MRC)
e. Kualitas Udara & Kenyamanan
Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health & Comfort (IHC)
f. Manajemen Lingkungan Bangunan - Building
& Enviroment Management (BEM)
Berdasarkan data yang dirangkum dari Green
Building Council Indonesia (GBCI) tahun 2014, bangunan gedung yang telah
memiliki Sertifikat Greenship Bangunan Terbangun (Existing Building-EB)
diantaranya Menara BCA - PT Grand Indonesia Jakarta, Gedung Sampoerna Strategic
Square, PT. Buana Sakti - Jakarta, dan German Centre Indonesia. Sedangkan dari
kategori Bangunan Baru (New Building-NB)
diantaranya PT Dahana Kantor Manajemen Pusat – Subang Jawa Barat, Kampus
Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) Kota Deltamas - Bekasi, Kantor
Kementerian Pekerjaan Umum - Jakarta dan Kantor Bank Indonesia - Solo. Pada kenyataannya
unsur bangunan layak ditempati tidak hanya menyangkut aspek teknis saja.
Misalnya bangunan untuk mahasiwa, hunian yang layak bagi mahasiswa dapat
menstimulasi sebuah lingkungan belajar yang nyaman, memberikan keamanan,
privasi, dan juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan antar penghuni (Heryanti,
2013 Hal.3). Dari pelbagai rating tools yang ada, belum ada kriteria penilaian
kelayakan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan (sosekling) yang secara
spesifik digunakan untuk menilai
kelayakan bangunan hijau. Oleh karenanya, Balai Litbang Sosekling Bidang
Permukiman berusaha menemukan aspek non teknis selain aspek teknis yang
dikembangkan melalui rating tools khususnya pada aspek sosekling penggunaan
bangunan gedung hijau.
1. Syarat untuk mendapatkan sertifikat
bangunan hijau
-
Memenuhi
kelayakan dokumen awal yang dipersyaratkan.
-
Untuk
Bangunan Baru (New Building-NB), harus memenuhi 7 (tujuh) kelayakan dokumen
awal yang dipersyaratkan, antara lain :
a. Luas
lantai sekurang-kurangnya 2500m2. (Bukti : Denah Bangunan);
b. Lokasi Tapak Bangunan adalah sesuai dengan
peruntukannya, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Setempat;
c. Menunjukan dokumen lingkungan
berupa, antara lain laporan pelaksanaan AMDAL atau UPL dan UKL terbaru, dapat
berupa salinan, sampul depan (cover) dan halaman pengesahan;
d. Bersedia menyampaikan surat
pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), yang menyatakan
setuju/membolehkan seluruh data bangunan gedung yang berhubungan dengan
Perangkat Penilaian (Rating) Bangunan Hijau dalam GREENSHIP untuk diperlajari
dan dipergunakan dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh G B C INDONESIA.
e. Bersedia menyampaikan surat
pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung
tersebut tahan gempa;
f. Bersedia menyampaikan surat
pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung
yang bersangkutan akan memenuhi standar pemakai gedung yang ramah terhadap para
penyandang cacat;
g. Bersedia menyampaikan surat
pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung
yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.
-
Untuk
Bangunan Terbangun (Existing Building-EB), harus memenuhi 4 (empat) kelayakan
dokumen awal yang dipersyaratkan, antara lain:
a. Luas lantai sekurang-kurangnya
2500m2 (Ada bukti : Denah Bangunan);
b. Menunjukan dokumen lingkungan
berupa, antara lain : laporan pelaksanaan AMDAL atau UPL dan UKL terbaru, dapat
berupa salinan, sampul depan (cover) dan halaman pengesahan;
c. Bersedia menyampaikan surat
pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), yang menyatakan
setuju/membolehkan seluruh data bangunan gedung yang berhubungan dengan
Perangkat Penilaian (Rating) Bangunan Hijau dalam GREENSHIP untuk diperlajari
dan dipergunakan dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh G B C INDONESIA;
Menunjukan dokumen IPB (Izin Penggunaan
Bangunan) dan atau SLF (Sertifikat Laik Fungsi) terbaru, dapat berupa salinan,
sampul depan (cover) dan halaman pengesahan. Secara penerapan desain yang berlaku dikampus yaitu melalui mata kuliah Proyek Arsitektur 7 mengenai tentang kawasan dan penerapan bangunan hijau disekitarnya.