Rabu, 18 Desember 2019

Bangunan Hijau dan Rating Tools


1.      Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang hanya bersifat sementara. Dengan tuntutan globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedang sebenarnya, hakikat pembangunan adalah pembangunan yang berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit. Maka, dengan adanya konsep Sustainable Development yang kemudian disebut SD akan berusaha memberikan wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan, generasi yang akan datang. Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topic permasalahan yang mencuat akhir-akhir ini. Dalam dunia arsitektur muncul fenomena sick building syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati yang mempengaruhi produktivitas penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk, dan pencahayaan alami kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: emisi ozon mesin fotocopy, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dsb. Selain karna adanya pemanasan global, penciptaan atau inovasi energi yang terbarukan juga menjadi latar belakang timbulnya konsep green architecture. Sampai pada akhirnya timbul konsep Green Building. Gedung Hemat Energi atau dikenal dengan sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global. Gedung Hemat Energi atau dikenal dengan sebutan green building terus digalakkan pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim global. Dengan konsep hemat energy yang tepat, konsumsi energi suatu gedung dapat diturunkan hingga 50%, dengan hanya menambah investasi sebesar 5% saat pembangunannya. Beberapa sudut pandang dapat dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut diantaranya adalah aspek Passive Design, Active Design, Kondisi Udara Ruangan, Management, serta Service & Maintenance. Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya. Ada beberapa rating tools didunia yang resmi misalnya :


-        assessment standard for green building of china
Dengan urbanisasi dan industrialisasi yang cepat, Cina sekarang menghadapi tantangan besar dalam memenuhi permintaan yang meningkat akan bangunan baru dan konsumsi energi yang sesuai. Dalam keadaan seperti itu, penetapan standar nasional pada bangunan hijau akan menjadi cara yang efektif untuk merespons. Faktanya, Cina telah membuat kemajuan signifikan dalam mengembangkan standar bangunan hijau nasional. Tetapi kemajuan seperti itu tidak secara eksplisit dirilis ke masyarakat internasional. Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk memperkenalkan kemajuan tersebut. Upaya pembangunan gedung hijau Tiongkok pertama kali dibahas secara rinci dengan berbagai ketentuan sistem indikator nasional. Dengan melakukan perbandingan dengan standar bangunan hijau negara lain, disajikan analisis kritis terhadap standar nasional tersebut. Perbandingan menunjukkan manfaat yang akan diperoleh dan tantangan yang harus dipenuhi, seperti kurangnya indikator dalam menanggapi perubahan iklim, kurangnya indikator spesifik wilayah, kurangnya indikator kuantitatif, biaya yang lebih tinggi untuk menerima sertifikasi dan kurangnya penerapan teknologi hijau yang inovatif. Jadi, revisi substantif sangat dibutuhkan. Pengetahuan yang diperoleh dari upaya Cina pada indikator bangunan hijau sangat berharga bagi negara maju dan berkembang yang ingin menerapkan langkah-langkah pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan peraturan mereka. Hak Cipta © 2012 John Wiley & Sons, Ltd dan Lingkungan ERP.
-        Casa (Colombia)
Di antara kekuatan alternatif ini adalah konsep keberlanjutannya komprehensif karena mencakup spektrum praktik terbaik yang luas dan relevan, masalah lingkungan dan mempromosikan kesejahteraan dan tanggung jawab sosial. Di antara berbagai alternatif ini, Referensi CASA Kolombia berbeda, oleh di satu sisi, dengan mengundang industri konstruksi Kolombia untuk menaikkan derajatnya ambisi mengenai tingkat keberlanjutan proyek real estat perumahan Di sisi lain, Referensi CASA menunjukkan peraturan nasional yang relevan dan merenungkan konsep-konsep seperti kesejahteraan pengguna, inklusi sosial, pendidikan pekerja dan penduduk, dan promosi praktik terbaik selama bekerja, di antara aspek-aspek lainnya. Di bawah ini tercantum beberapa aspek highlight yang diperlakukan oleh referensial:
A.     Promosi lingkungan yang sehat melalui penggunaan strategi Ventilasi dan pencahayaan alami.
B.     Inklusi sosial masyarakat sekitar, dampak positif pada ekonomi lokal melalui pelatihan teknis dan profesional pasukan pekerjaan.
C.     Peningkatan praktik pembuatan bahan dan proses konstruktif dari proses desain integratif.
D.     Artikulasi dengan peraturan nasional dan lokal.
E.      Menghasilkan dan memantau data operasional bangunan, untuk memfasilitasi evolusi baseline kinerja dari waktu ke waktu, antara lainnya.

-        Singapure Green Building Product/Services Sertification.
Satu-satunya skema sertifikasi industri-sentris untuk produk dan bahan bangunan hijau, skema sertifikasi Produk Bangunan Hijau Singapura (SGBP) bertujuan untuk mengumpulkan dan mengumpulkan berbagai pilihan bahan bangunan hijau untuk industri melalui metodologi yang komprehensif dan holistik. Bekerja dalam kolaborasi dengan sektor publik dan swasta, kriteria keberlanjutan setiap produk dirancang oleh para profesional dan pakar untuk industri, oleh industri. Metodologi yang membumi ini memungkinkan produk bangunan dievaluasi secara tidak memihak untuk kualitas relevan dan penting mereka, dibandingkan dengan produk serupa dalam kategorinya. Sebagai hasil langsung dari penekanan pada penerapan industri ini, skema sertifikasi SGBP sangat diakui di bawah Skema Marka Bangunan Hijau dan Otoritas Konstruksi (BCA), yang memungkinkan produk-produk bersertifikat untuk memperoleh poin tambahan yang diperhitungkan pada peringkat keberlanjutan proyek yang akhirnya.
 Dalam kriteria Skema Mark Hijau untuk Bangunan Baru (Non-Hunian) 2015, di bawah Bagian 3.02c Produk Berkelanjutan, produk bersertifikat SGBP yang ditentukan dan digunakan dapat mencetak poin di bawah Kriteria Sistem Fungsional dan / atau Produk Berkelanjutan Tunggal di luar Kriteria Sistem Fungsional. , hingga maksimal 8 poin. Sistem Fungsional terdiri dari sistem Lantai, Plafon, Atap, Dinding Eksternal, Dinding Internal dan Pintu; Produk Berkelanjutan Singular di luar Sistem Fungsional mencakup produk Hardscape dan Building Services. GREENSHIP terbagi atas enam kategori yang terdiri dari :
a.      Tepat Guna Lahan - Appropriate Site Development (ASD)
b.      Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy Efficiency & Conservation (EEC)
c.      Konservasi Air - Water Conservation (WAC)
d.      Sumber & Siklus Material - Material Resources & Cycle (MRC)
e.      Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health & Comfort (IHC)
f.       Manajemen Lingkungan Bangunan - Building & Enviroment Management (BEM)
Berdasarkan data yang dirangkum dari Green Building Council Indonesia (GBCI) tahun 2014, bangunan gedung yang telah memiliki Sertifikat Greenship Bangunan Terbangun (Existing Building-EB) diantaranya Menara BCA - PT Grand Indonesia Jakarta, Gedung Sampoerna Strategic Square, PT. Buana Sakti - Jakarta, dan German Centre Indonesia. Sedangkan dari kategori Bangunan Baru  (New Building-NB) diantaranya PT Dahana Kantor Manajemen Pusat – Subang Jawa Barat, Kampus Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) Kota Deltamas - Bekasi, Kantor Kementerian Pekerjaan Umum - Jakarta dan Kantor Bank Indonesia - Solo. Pada kenyataannya unsur bangunan layak ditempati tidak hanya menyangkut aspek teknis saja. Misalnya bangunan untuk mahasiwa, hunian yang layak bagi mahasiswa dapat menstimulasi sebuah lingkungan belajar yang nyaman, memberikan keamanan, privasi, dan juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan antar penghuni (Heryanti, 2013 Hal.3). Dari pelbagai rating tools yang ada, belum ada kriteria penilaian kelayakan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan (sosekling) yang secara spesifik  digunakan untuk menilai kelayakan bangunan hijau. Oleh karenanya, Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman berusaha menemukan aspek non teknis selain aspek teknis yang dikembangkan melalui rating tools khususnya pada aspek sosekling penggunaan bangunan gedung hijau. 

1.      Syarat untuk mendapatkan sertifikat bangunan hijau
-        Memenuhi kelayakan dokumen awal yang dipersyaratkan.
-        Untuk Bangunan Baru (New Building-NB), harus memenuhi 7 (tujuh) kelayakan dokumen awal yang dipersyaratkan, antara lain :
a.    Luas lantai sekurang-kurangnya 2500m2. (Bukti : Denah Bangunan);
b.    Lokasi Tapak Bangunan adalah sesuai dengan peruntukannya, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Setempat;
c.      Menunjukan dokumen lingkungan berupa, antara lain laporan pelaksanaan AMDAL atau UPL dan UKL terbaru, dapat berupa salinan, sampul depan (cover) dan halaman pengesahan;
d.      Bersedia menyampaikan surat pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), yang menyatakan setuju/membolehkan seluruh data bangunan gedung yang berhubungan dengan Perangkat Penilaian (Rating) Bangunan Hijau dalam GREENSHIP untuk diperlajari dan dipergunakan dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh G B C INDONESIA.
e.      Bersedia menyampaikan surat pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung tersebut tahan gempa;
f.       Bersedia menyampaikan surat pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar pemakai gedung yang ramah terhadap para penyandang cacat;
g.      Bersedia menyampaikan surat pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.
-        Untuk Bangunan Terbangun (Existing Building-EB), harus memenuhi 4 (empat) kelayakan dokumen awal yang dipersyaratkan, antara lain:
a.      Luas lantai sekurang-kurangnya 2500m2 (Ada bukti : Denah Bangunan);
b.      Menunjukan dokumen lingkungan berupa, antara lain : laporan pelaksanaan AMDAL atau UPL dan UKL terbaru, dapat berupa salinan, sampul depan (cover) dan halaman pengesahan;
c.      Bersedia menyampaikan surat pernyataan resmi (menggunakan kop surat dan materai Rp.6.000), yang menyatakan setuju/membolehkan seluruh data bangunan gedung yang berhubungan dengan Perangkat Penilaian (Rating) Bangunan Hijau dalam GREENSHIP untuk diperlajari dan dipergunakan dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh G B C INDONESIA;
Menunjukan dokumen IPB (Izin Penggunaan Bangunan) dan atau SLF (Sertifikat Laik Fungsi) terbaru, dapat berupa salinan, sampul depan (cover) dan halaman pengesahan. Secara penerapan desain yang berlaku dikampus yaitu melalui mata kuliah Proyek Arsitektur 7 mengenai tentang kawasan dan penerapan bangunan hijau disekitarnya.

Pemakaian bangunan hijau memakai green roof sebagai penutup bangunan dan material bangunannya memiliki kestabilan lingkungan sekitar. 

NAMA : IRFAN RISWAN MEI
NIM 052 001600 093

3 komentar:

  1. Sudah bagus tapi lebih baik lagi jika gambar diperbanyak

    BalasHapus
  2. materi sudah bagus,namun gambar diperbanyak agar penjelasan dapat menarik dan dimengerti oleh khalayak umum

    BalasHapus
  3. Materi udah bagus dan cukup jelas, yang sangat disayangkan tidak banyak ilustrasi gambar/gambar yang dapat lebih memperjelas materi yang dijelaskan dan membuat artikel lebih menarik

    BalasHapus